Lampung Selayang Pandang
Propinsi Lampung yang terletak di ujung sebelah selatan dari pulau Sumatera, hanya dipisahkan oleh selat Sunda dengan Propinsi Banten, yang dapat dicapai dengan menggunakan kapal penyeberangan Ferry jurusan Merak-Bakauheni. Propinsi Lampung, senantiasa tumbuh dengan pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduknya yang semakin padat, perkembangan penduduk ini tidak hanya disebabkan oleh kelahiran saja, tetapi banyak dipengaruhi oleh migrasi dari daerah lain. Dalam catatan perjalanan Cina purbakala, menyebutkan adanya suatu tempat di Sumatera yang mereka sebut Lam-Phung, yang berarti “Bumi dari Angin Selatan The Land of Southerly winds” yang kini menjadi sebuah Provinsi paling Selatan dari Pulau Sumatera. Di sisi Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan, di sisi Barat berbatasan dengan Propinsi Bengkulu, di sisi Selatan berbatasan dengan Selat Sunda dan di sisi Timur dengan Laut Jawa. Keadaan alam daerah Lampung terdiri dari tanah pegunungan dan tanah datar. Wilayah pegunungan dan dataran tinggi, terdapat di bagian Barat, merupakan rangkaian dari Bukit Barisan sedangkan di bagian timur merupakan dataran rendah, dimana mengalir beberapa sungai diantaranya Sungai Mesuji dan Sungai Tulang Bawang yang dapat dilayari hingga 80 km, serta Rawa-rawa.
Masyarakat Tradisional Lampung
Menurut ahli sejarah Lampung (Prof. Hilman Hadikusuma), orang Lampung percaya bahwa tempat nenek moyang mereka adalah daerah Skala Brak, Kecamatan Belalau Lampung Barat. Berdasarkan cerita rakyat daerah ini, orang Lampung yang pertama sudah ada di daerah Skala Brak setidaknya dalam abad ke 14,
Masyarakat Peminggir yang berkediaman di sepanjang pantai pesisir, termasuk masyarakat adat: Way Handak (Katimbang), Telukbetung, Semangka (Kota Agung), Pesisir Timur, Paksi Pak Skala Brak. Sedangkan Masyarakat Pepadun, berkediaman di pedalaman Lampung, terdiri dari masyarakat adat Abung (Abung Siwo Mego), Pubian (Pubian Telu Suku), Tulang Bawang (Mego Pak), Buay Lima (Way Kanan) dan Sungkay (Bunga Mayang).
Warna kehidupan sosial budaya masyarakat Lampung ternyata mampu memberikan suatu wajah Indonesia Mini. Penduduk yang mendiami ujung moncong pulau sumatera itu terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Hampir sebagian besar suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di Lampung seperti: Suku Jawa, Sunda, Bali, Minangkabau, Batak, Semendo, Ogan, Bugis, Maluku dan perantauan dari Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Keragaman budaya tersebut disatukan oleh prinsip filosofis masyarakat Lampung yang dikenal dengan sebutan Pi'il Pesenggiri yaitu suatu keharusan hidup bermoral tinggi, jiwa besar, tahu diri dan tahu kewajiban. Disamping itu mereka juga mengenal Bejuluk dan Beadek, yaitu suatu keharusan berjuang untuk meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tata krama sebaik-baiknya; Nemui Nyimah, suatu keharusan berlaku hormat sesama anggota dan menghormati tamu; Nengah Nyappur, keharusan berjiwa sosial, gotong royong dan berbuat baik terhadap sesama manusia.
Propinsi Lampung yang terletak di ujung sebelah selatan dari pulau Sumatera, hanya dipisahkan oleh selat Sunda dengan Propinsi Banten, yang dapat dicapai dengan menggunakan kapal penyeberangan Ferry jurusan Merak-Bakauheni. Propinsi Lampung, senantiasa tumbuh dengan pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduknya yang semakin padat, perkembangan penduduk ini tidak hanya disebabkan oleh kelahiran saja, tetapi banyak dipengaruhi oleh migrasi dari daerah lain. Dalam catatan perjalanan Cina purbakala, menyebutkan adanya suatu tempat di Sumatera yang mereka sebut Lam-Phung, yang berarti “Bumi dari Angin Selatan The Land of Southerly winds” yang kini menjadi sebuah Provinsi paling Selatan dari Pulau Sumatera. Di sisi Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan, di sisi Barat berbatasan dengan Propinsi Bengkulu, di sisi Selatan berbatasan dengan Selat Sunda dan di sisi Timur dengan Laut Jawa. Keadaan alam daerah Lampung terdiri dari tanah pegunungan dan tanah datar. Wilayah pegunungan dan dataran tinggi, terdapat di bagian Barat, merupakan rangkaian dari Bukit Barisan sedangkan di bagian timur merupakan dataran rendah, dimana mengalir beberapa sungai diantaranya Sungai Mesuji dan Sungai Tulang Bawang yang dapat dilayari hingga 80 km, serta Rawa-rawa.
Masyarakat Tradisional Lampung
Menurut ahli sejarah Lampung (Prof. Hilman Hadikusuma), orang Lampung percaya bahwa tempat nenek moyang mereka adalah daerah Skala Brak, Kecamatan Belalau Lampung Barat. Berdasarkan cerita rakyat daerah ini, orang Lampung yang pertama sudah ada di daerah Skala Brak setidaknya dalam abad ke 14,
Masyarakat Peminggir yang berkediaman di sepanjang pantai pesisir, termasuk masyarakat adat: Way Handak (Katimbang), Telukbetung, Semangka (Kota Agung), Pesisir Timur, Paksi Pak Skala Brak. Sedangkan Masyarakat Pepadun, berkediaman di pedalaman Lampung, terdiri dari masyarakat adat Abung (Abung Siwo Mego), Pubian (Pubian Telu Suku), Tulang Bawang (Mego Pak), Buay Lima (Way Kanan) dan Sungkay (Bunga Mayang).
Warna kehidupan sosial budaya masyarakat Lampung ternyata mampu memberikan suatu wajah Indonesia Mini. Penduduk yang mendiami ujung moncong pulau sumatera itu terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Hampir sebagian besar suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di Lampung seperti: Suku Jawa, Sunda, Bali, Minangkabau, Batak, Semendo, Ogan, Bugis, Maluku dan perantauan dari Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Keragaman budaya tersebut disatukan oleh prinsip filosofis masyarakat Lampung yang dikenal dengan sebutan Pi'il Pesenggiri yaitu suatu keharusan hidup bermoral tinggi, jiwa besar, tahu diri dan tahu kewajiban. Disamping itu mereka juga mengenal Bejuluk dan Beadek, yaitu suatu keharusan berjuang untuk meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tata krama sebaik-baiknya; Nemui Nyimah, suatu keharusan berlaku hormat sesama anggota dan menghormati tamu; Nengah Nyappur, keharusan berjiwa sosial, gotong royong dan berbuat baik terhadap sesama manusia.